Mengenal Budaya Nusantara : 🌷“PENGARUH WANGSA SAILENDRA DI BHUMI JAWA”.
____________________________________ Menurut Sumber Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah menyebutkan sebagai penerus “Sanjaya”di kerajaan Mdang atau Bhumi Mataran Kuno adalah puteranya “Rakai Panangkaran” dari isterinya yang bernama Sudiwara, puteri Raja Dewa Singa dari Bhumi Sambara, Jepara. Rakai Panangkaran setelah dinobatkan bergelar “Sri Maharaja Panangkaran Dyah Pancapana” (746-784 M).
Hal ini, klop jika disandingkan dengan “Prasasti Mantyasih”, berangka tahun 907, lengkap dengan tarikh berlakunya dan dibuat pada masa raja Dyah Balitung. Dalam prasasti ini, tertera Rakai Panangkaran sebagai raja kedua di “Mdang” atau “Bhumi Mataram Hindu”.
Manakala Rakai Panangkaran berkuasa, di era inilah dimulainya kejayaan kembali wangsa Sailendra, sebab di tahun 778 M, raja ini mendirikan sebuah mandala bercorak “Budha”yang dikenal sebagai “Candi Kalasan”.Adapun konstruksi bangunan tersebut dibuat atas permintaan para gurunya dari wangsa Syailendra. Dengan demikian, hal ini menandakan bahwa dinasti Dapunta Syailendra (Sriwijaya) via Ratu Shima pengaruhnya telah pulih kembali di tanah Jawa yang dalam bahasa Inggrisnya disebut “His influensi recovered”.
Hal tersebut ditandai atau dapat kita saksikan di berbagai wilayah Jawa Tengah, dengan adanya berbagai bangunan candi tipe kepunden berundak dan stupa-nya (agak bundar), misalnya Candi Borobudur, menandakan ciri khas penganut Buhda. Trus ada lagi struktur Candi yang bentuknya aga gepeng dan ujungnya agak lancip, hal ini menandakan ciri khas penganut Hindu.
Nah dari keterangan di atas, kemudian ditelisik peristiwanya, maka dapat diduga bahwa ada dua pengaruh kebudayaan besar pada zaman itu, yakni aliran Hindu yang di bawa oleh bangsa India dan aliran Budha yang di bawa oleh bangsa Tiongkok (China).
Menurut Jero Mangku Pasek Mukti Murwo Kuncoro dari “Puri Agung Dharma Giri Utama”,Denpasar, Bali, dikatakan bahwa sebagai penerus Rakai Panangkaran adalah “Rakai Panunggalan”, (784-803), dan diduga kuat pusat pemerintahnnya berada di “Parakan”.Sebab di wilayah itu ditemukan peninggalan kuno dan abu jenazahnya di “Pakurejo”, wilayah Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Rakai Panunggalan kemudian digantikan oleh “Rakai Warak”, (803-828). Adapun lokasinya diperkirakan di wilayah Kecamatan “Tembarak”,Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, sebab di wilayah itu ditemukan reruntuhan Candi dan sisa-sisa peninggalan situs di “Kademangan”,(Temanggung tempo doeloe merupakan wilayah Kademangan).
Penerus Rakai Warak adalah “Rakai Garung”, (828-847), hal ini menandakan menguatnya kembali wangsa Sailendra di Bhumi Jawa yang dalam istilah Londo-nya disebut “Uitsluiten”, istilah Inggris-nya disebut “Reign”, istilah Mandarin-nya disebut “Caijue” dan dalam boso Jowone disebut “Mrentah”, mengandung arti berkuasa kembali di Bhumi Matara Kuno.
Adapun Rakai Garung ini, merupakan sosok yang memiliki multi talenta, yakni ahli dalam soal struktur pembangunan Candi, Ilmu Falak dan pembuat Pranata Mangsa atau ketentuan musim, semacam primbon (penanggalan) yang dikaitkan dengan kegiatan usaha pertanian dan perikanan yang energi-nya hingga saat ini masih digunakan sebagai pedoman oleh sebagian masyarakat Jawa.
Sedangkan pulihnya pengaruh wangsa Syailendra di Bhumi Jawa, dalam literatur berjudul “Sriwijaya”, yang ditulis oleh Prof. Dr. Raden Benecdictus Slamet Mulyana, seorang filolog dan sejarawan kelahiran Yogyakarta, 21 Maret 1929 dan wafat di Jakarta, 2 Juni 1986, dikatakan Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak dan Rakai Garung adalah berasal dari wangsa Syailendra, karena Rakai Panangkaran yang bergelar Sri Maharaja Panangkaran Dyah Pancapana digelari “Sailendrawamsatilaka”, mengandung arti “Permata Wangsa Sailendra. Salam. 🙏
Sumber bacaan “SANDYAKALA DI TATAR SUNDA DAN RUNTUHNYA IMPERIUM HINDU-BUDHA MAJAPAHIT” (2018), oleh Jkd & Rita W. Astuti. Penerbit Deepublish, Yogyakarta. Anggota IKAPI (076/DIY/2012).
Jakarta, 19 September 2019.
Penulis : Joko Darmawan.
Baca Juga
Gambar : Prasasti Shivagrha, berasal dari Kerajaan Mdang, Jawa Tengah, berangka tahun 778 Saka atau 856 Masehi. Dibuat pada masa raja Dyah Lokapala atau Rakai Kayuwangi. Prasasti ini merupakan salah satu dari candi agung yang dipersembahkan untuk dewa Siwa sehingga di sebut Shivagrha atau rumah Siwa yang cirinya satu kelompok dengan candi Prambanan. [Courtesy : id.wikipedia.org]. 🐘👍
Labels:
SEJARAH
Thanks for reading PENGARUH WANGSA SAILENDRA DI BHUMI JAWA. Please share...!